Cari Blog Ini

Selasa, 16 Maret 2010

MENGANGKAT EKONOMI PEDESAAN


MENGANGKAT EKONOMI PEDESAAN DENGAN MEMPRODUKSI TEPUNG MOCAF
(Nyanyian Koes Plus menjadi Kenyataan, Tongkat Kayu menjadi tanaman, sekarang Tongkat kayu menjadi makanan bergizi tinggi)

Ketergantungan impor gandum sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu telah mencapai 6,6 juta ton pada tahun 2007, Indonesia mempunyai produksi ubi kayu mencapai 21 juta ton/tahun.
Jika diasumsikan produksi ubi kayu yang digunakan untuk pembuatan MOCAF/MOCAL hanya 50 % produksi nasional dengan tingkat konversi menjadi MOCAF/MOCAL sebesar 60 %, maka akan didapatkan produksi MOCAF nasional sebesar 6,3 juta ton/tahun. Jika tingkat substitusi MOCAF yang digunakan sebesar 80 %, maka produk MOCAF dapat mengurangi impor tepung terigu sebesar 5,28 ton/tahun (menghemat biaya impor terigu hingga ± Rp. 42,24 triliyun/tahun). Jika MOCAF digunakan hingga 100 % menggantikan tepung terigu maka Indonesia hanya perlu mengimpor terigu sebanyak 0,3 ton/tahun (menghemat biaya impor terigu hingga ± Rp. 50,4 triliyun/tahun) untuk memenuhi kebutuhan nasional. (Sinar Tani 15/03/2010).

Apakah peluang besar ini akan digunakan dengan baik demi rakyat yang perlu pekerjaan atau di biarkan saja,sangat tergantung terhadap kebijakann pemerintah secara kongkrit. Modal uang sangat diperlukan untuk menggalang produktifitas masyarakat,karena rakyat tidak dapat mencetak uang (hanya pemerintah yang bisa buat uang). Masyarakat hanya dapat berproduksi yang memerlukan dukungan alat tukar berproduksi dari Negara. jika saja 25 % impor terigu bisa dialihkan ke tepung mocaf maka uang akan beredar di masyarakat pedesaan tentunya akan dibarengi dengan multifleyer efek disektor hilirnya.

Ini baru satu sektor komoditi pertanan yang diprospekkan, belum bidang pertanian lainya, rasanya bangsa ini tidak usah miskin, jika bangsa ini pandai dan cerdas mengelola sumber daya alam Negeri tercinta ini. (Apa yang salah dan salah siapa)

Ya.... semuanya masih bermimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar